i love myself..

Kamis, 26 April 2012

My Twince, My Prince

Yossica memukul kok itu dengan keras, berniat untuk melakukan smash yang tajam.
Beberapa detik stadion itu terasa sangat sunyi, di balik ribuan penonton yang sedang menantikan hasil akhir pertandingan ini. Semua menahan nafas dan tak bergerak, sebuah jarum yang jatuhpun dapat terdengar jelas di stadion ini.Pertadingan antara Yossica dan Jessica sungguh menegangkan, kedua kakak beradik ini akan memperebutkan gelar "The Best Woman of Badminton Players".
Dan akhirnya bola itu masuk tipis di daerah Jessica, dan Jessica tidak dapat meraih bola tersebut.
Score 22-24 menutup babak ketiga pertandingan sengit malam ini.
Stadion itu langsung penuh dengan sorak sorai..
Seperti biasa seusai petandingan kedua pemain berpelukan untuk menandakan perdamaian, begitupun dengan Yossica dan Jessica, keduanya berpelukan, namun terbaca dengan jelas dari mata Jessica tumbuh kekecewaan dan ketidakpuasan.


"Jessi, pertandingan telah usai, kita harus kembali menjadi saudara." kata Yossica sambil memeluk erat Jessica.
"tak ada yang usai.." ketus Jessi kemudian melepaskan pelukan Yossica dari tubuhnya, lalu pergi meninggalkan Yossi.
Yossi hanya menatap saudara kembarnya itu bingung. Yossi sangat menyayangi adik perempuannya itu, namun tidak begitu dengan Jessi, Jessi selalu iri dengan apa yang Yossi miliki, mulai dari prestasi, wajah yang lebih cantik dan manis, bahkan dalam masalah percintaan.
Yossi dan Jessi mencintai pria yang sama, bernama James. Namun James yang lebih dahulu mengenal Yossi di banding Jessi, lebih memilih Yossi yang baik hati dan lembut di banding Jessi yang kikir, jutek namun agresif.
"Ica!!" teriak seorang laki-laki dari samping lapangan.
Yossi dan Jessi sama-sama memalingkan mukanya ke arah pria tersebut, mengira dirinya yang di panggil, nama kedua kembaran kakak beradik yang yatim piatu ini hampir sama, berawal Yossi dan Jessi dengan akhiran Ica. .
"Sorry. maksud gue Yossica." kata pria itu, ternyata pria tampan berkulit putih diselimuti kaos hitam pekat, dengan badan tinggi dan atletis itu tidak lain adalah James.
Jessi benar-benar semakin jengkel dan memutuskan untuk pergi.
"Congrats yah Yossica.. aku sih uda yakin sebelumnya. you are the winner, my princess." kata James sambil memegang kedua tangan Yossica lembut.
"thanks James.." kata Yossica tersenyum manis.
"aw..." Ringis Yossica sambil memegang pundak sebelah kanannya, tiba-tiba pundak kanannya terasa begitu sakit.
"kamu kenapa?" Tanya James cepat penuh kekhawatiran.
beberapa saat Yossica memejamkan matanya , berusaha menahan nyeri di pundaknya, sambil memegang pundaknya erat.
"ga apa. mungkin cuma kecapean abis tanding." Jawab Yossica santai setelah nyerinya sedikit berkurang.
Malam hari itupun Yossica mendapat penghargaan, medali emas, dan sejumlah uang tunai, sedangkan Jessica harus puas dengan sebuah medali perak.
***
3 Bulan sejak pertandingan itu berlalu.
"Jessica.. kamu mau ke tempat latian kan? ayo bareng sama aku aja, naik mobil James." ajak Yossica.
"ga usah sok baik, gue tau lo itu mau bikin gue iri kan bisa dapetin James? hei! denger yah, gue bisa rebut James dari tangan lo!" Ketus Jessica sinis kemudian pergi meninggalkan Yossica.
Yossica hanya bisa terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut saudara kembarnya itu.

"Aw!!" ringis Yossica sambil memegang erat pundaknya. Sakit itu kembali datang, berulang kali, sudah 3 bulan berlalu sejak pertandingan, pundak Yossica sering mengalami nyeri.
"Ah.. aw.." ringis Yossica lagi dengan suara lumayan keras, Jessica pasti mendengar suara kembarannya yang kesakitan itu, namun Jessica sedikitpun tidak perduli.
Yossica terduduk lemas menahan sakit di pundaknya. Sakit sekali dan sakit itu tidak pergi selama beberapa menit.
James yang baru sampai untuk menjemput Yossica sangat kaget melihat kekasihnya itu terduduk kesakitan.
"kamu kenapa?! yossica? jawab aku." James begitu terlihat khawatir.
"Aku ga apa.." jawab Yossica dengan suara bergetar.
"bohong! kamu kenapa? pundak kamu sakit lagi?"
"cuma sedikit..."
"sedikit sampai wajah kamu pucat gini? sini aku liat pundak kamu.."
James kemudian melepaskan tangan Yossica dari pundak kanannya untuk melihat pundak Yossica.
"bengkak ,Ica. kamu pasti cedera. ayo kita kedokter."
"enggak. aku ga apa. aku harus pergi latihan badminton."
"ga bisa. kita harus ke rumah sakit! biar nanti aku telefon papa aku. Kan papa aku pelatih kamu, jadi kamu ga perlu ketakutan gitu. Ayo kita ke rumah sakit."
James kemudian memegang lengan Yossica, James baru menyadari kekasih nya itu kini sangat kurus, ia terlihat pucat dan sepertinya ia juga demam.
"badan kamu panas banget.." kata James begitu memegang kening Yossica.
James kemudian memopong tubuh Yossica ke mobilnya dan mengembudikan cepat mobilnya ke rumah sakit.
***
"ada apa dok?" tanya Yossica.
"sudah berapa lama kamu merasakan sakit di pundak kamu?" tanya dokter serius.
"belum lama dok.." jawab yossica.
"belum lama gimana? uda lama dok.. uda 3 bulan." Kata James yang duduk di samping Yossica.
Dokter menaikan kacamatanya.
"saya tidak bisa mengatakan sekarang , kita harus melakukan serangkaian tes seperti Biopsi jaringan tumor, tes darah, foto rontgen, USG, dan bila perlu dilakukan pula pemeriksaan sumsum tulang. " jelas Dokter.
"apa? tapi dok? untuk apa? saya kenapa?" Yossica begitu terlihat ketakutan.
"dok. jawab.. yossica kenapa?" tanya James.
"sepertinya.. Yossica terserang Kanker Limfoma, namun saya memerlukan serangkaian tes untuk mendiagnosis penyakit yang Yossica alami. Tes tersebut juga saya perlukan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit Yossica." jelas dokter.
James kemudian memegang erat tangan Yossica. berusaha menguatkan kekasihnya itu, Yossica terlihat terkejut, walaupun ia tidak tau apa itu kanker limfoma, namun kanker adalah penyakit kedua yang paling membunuh selain jantung, karena itu mendengar dirinya terserang kanker , yossica begitu terkejut.
"dok.. apa itu berbahaya?" tanya james, sedangkan yossica masih tidak dapat berkata-kata.
"sangat berbahaya, kanker ini bisa di sembuhkan, namun harus cepat ditangani, karena dalam 6 bulan tidak di tangani bisa berakibat fatal.." jelas si dokter.
"Kanker ini disebabkan kelompok sel Limfosit.. Sel ini berkembang dan membelah secara tidak normal sehingga menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya penderita mengalami penurunan berat badan, demam, dan adanya benjolan di daerah-daerah tertentu, seperti pembengkakan di pundak Yossica. Yossica sudah melewati 3 bulan, maka harus cepat di ambil tindakan sebelum terlambat." tambah si dokter.
Yossica hanya terdiam.. tak dapat berkata apa-apa.
singkat cerita Yossica melakukan beberapa pemeriksaan di temani James.
Yossica dan James hanya bisa berharap hasil tes menunjukan Yossica baik-baik saja, namun itu hanyalah harapan, karena semua hasil tes menunjukan Yossica positif kanker Limfoma. Akhirnya Yossica melakukan Operasi, berharap setelah ini semua baik-baik saja.
***
Yossica membuka matanya perlahan, melihat sekelilingnya, serba putih, Yossica paham jelas ini adalah rumah sakit, Yossica kembali menatap sekelilingnya, tidak ada seorangpun disana, Yossica berharap ia dapat menemukan sosok James. tak lama datang beberapa perawat.
"Kamu sudah sadar Yossica?" sapa perawat berpakaian serba putih itu.
"sus.. saya sudah selesai operasi?" tanya Yossica.
"sudah kok.. pasti ga lama lagi kamu sembuh. nanti dokter yang akan memberikan penjelasan lebih rinci ke kamu." kata si suster sambil mengecek oxymeter yang terhubung dengan tubuh Yossica.
"sus.. apa ga ada yang nunggu saya diluar?" tanya Yossica, berharap suster menjawab ada seorang laki-laki muda menunggu diluar.
"tidak ada." jawab perawat itu lembut.
Yossica mencoba menggerakan tangan kanan nya.
"aw.." ringis Yossica.
"jangan banyak bergerak dulu." nasihat si suster.
"sus. tangan kanan saya kenapa sakit banget waktu di gerakin?" tanya Yossica,
"nanti kamu tanya dokter yah.. mungkin itu cuma efek pasca operasi."jawab si perawat itu.
"tapi ini akan normal lagi kan? sus. saya itu pemain badminton."
"saya tau kok.."
"tau dari mana sus?"
"kamu sering muncul di tv. permainan kamu sangat bagus bila di banding saudara kembar kamu."
"makasih sus. tapi jangan ngomong gitu, saudara kembar saya Jessica juga hebat."
"tapi.. kenapa Jessica tidak menjenguk kamu yah?" tanya si perawat itu.
"dia mungkin sibuk." jawab Yossica santai. padahal Yossica paham , saudara kembarnya itu tidak peduli sedikitpun terhadap hidup matinya Yossica.
***
seminggu sudah terlewat sejak hari Yossica di operasi.
keadaan tubuh Yossica sudah berangsur-angsur memulih, namun tangan kanannya masih sulit di angkat.
dokter mengatakan hal itu dikarenakan operasi kanker Limfoma yang ia jalani.
"Sudah jatuh tertimpa tangga" mungkin peribahasa itu yang cocok untuk Yossica.
Ia yatim piatu, hanya memilik saudara kembar yang sama sekali tidak peduli, James kekasihnya pun tidak pernah muncul sejak operasi yang dijalankan Yossica.
dan kini, Yossica harus merelakan permainan badminton yang menjadi setengah jiwanya karena tangan kanan Yossica yang sakit bila di angkat.
bagi Yossica hidup begitu berat, ia seringkali menangis, namun ia selalu berusaha tersenyum di hadapan orang-orang.
Yossica hanya bisa berharap kekasihnya James datang menemuinya, Yossica berusaha menelpon James, mengirimkan pesan lewat bbm & sms, namun tak ada satupun yang digubris oleh James.

"my princess, aku janji , aku ga akan pernah berhenti mencintai kamu, i love you, and only you.. forever.."
Kata-kata itulah yang selalu menjadi kekuatan untuk Yossica. kata-kata itu James ucapkan sebelum Yossica operasi, tepatnya sebelum James menghilang tanpa jejak.
***
Hari ini Yossica sudah diijinkan pulang oleh dokter.
Yossica meraih hp-nya.
"maaf, ini adalah kotak suara, silahkan tinggalkan pesan." kata operator itu saat Yossica mencoba menghubungi James.
"james.. ini aku.. kamu kenapa? james.. aku hari ini pulang. kalau kamu sibuk, ga apa kok, ga usah jemput aku, nanti aku akan pergi ke rumah kamu, sekalian mau ketemu papa kamu untuk memberitahukan kalau mungkin aku ga bisa main badminton untuk beberapa saat, karena tangan kanan aku masih ga bisa di angkat. hmm. Love you my prince."
kemudian Yossica memutuskan sambungan telepon dan pulang ke rumahnya dengan taksi.

sesampainya di rumah Yossica begitu terkejut..
di depan rumah Jessica dan James bergandengan tangan sambil berdiri di pintu gerbang. seakan sudah mengetahui kedatangan Yossica, mereka menatap Yossica. Jessica malah sengaja memeluk tubuh James.
Yossica mencoba bersikap biasa saja.
"misi. aku mau lewat." kata Yossica.
"lewat? lewat pintu belakang aja gih! ga liat gue sama James lagi pacaran di sini?" cetus Jessica sengaja.
Yossica hanya tertunduk, kemudian membalikan badan dan berniat masuk lewat pintu belakang.
"eh, tunggu, Yossica!" panggil Jessica. Yossica menghentikan langkahnya, namun tidak membalikan tubuhnya, Yossica tidak ingin Jessica dan James melihat mata Yossica yang mulai berkaca-kaca, mukanyapun merah padam.
"Saudara kembarku.. gue itu peduli sama lo, pas elo mau di operasi, gue jenguk lo, terus dokter bilang sesuatu sama gue. lo mau tau ga apa?Kata dokter..."
belum selesai Jessica berbicara, James dengan cepat memotong pembicaraan itu.
"apa-apaan sih lo." cetus James.
Yossica membalikan tubuhnya. Air mata mulai menetes di pipinya, Yossica ingin tau apa yang dokter katakan pada Jessica.
"apa kata dokter?" tanya Yossica.
"ga ada kok." jawab James cepat.
"maaf, saya ga lagi bicara sama kamu. Jessi, jawab aku. apa kata dokter?" tanya Yossica sekali lagi.
"katanya... elo itu cacat! lo ga bisa lagi maen badminton karena tangan kanan lo mungkin uda ga normal. jadi gelar lo itu akan jatuh ke gue. kasian yah lo! James suka sama gue, Gelar loe jatuh ke gue. gue seneng banget!Dunia itu adil yha.."
Yossica hanya bisa terdiam, air mata mengalir deras di pipinya. rasanya tubuh Yossica bagaikan benang yang tidak di topang, ia terduduk lemas.
"Yossica.. lo ga apa?" tanya James sambil meraih tubuh Yossica.
Yossica kemudian mencoba berdiri dengan kedua kakinya, dan pergi dari tempat itu.
***
setahun sudah berlalu. ingatan tentang James belum pernah hilang. kini Yossica tinggal di sebuah rumah kasih. seperti itulah orang menyebutnya. rumah kasih ini berisi anak-anak yatim piatu, dan Yossica menjadi salah satu relawan di sana. Keadaan Yossica jauh lebih baik di banding setahun lalu, tubuhnya sudah tidak kurus kering, ia terlihat lebih energik, selain itu Yossica juga sudah bisa menulis dengan tangan kirinya. bahkan Yossica juga dapat melukis dengan tangan kirinyan tidak hanya itu, Yossica yang sudah bangkit dari keterpurukan juga sudah menciptakan beberapa buku novel.

Yossica berjalan berkeliling rumah kasih, melihat pemandangan yang ada di sekitar, anak-anak bermain dengan riang, pemandangan yang begitu menyenangkan, sampai pandangan Yossi tertuju pada seorang anak yang menyendiri, duduk di samping kolam.Yossi menghampiri anak itu..
"hai.." sapa Yossi. anak itu hanya menatap Yossi dengan tatapan kosong.
"kamu kenapa ga ikut main sama yang lain ?" tanya Yossi.
anak itu hanya terdiam.
"kakak tau kok, kamu baru gabung kesini kemarin kan? jadi kamu belum kenal, kamu malu yah? kakak ngerti kok."
"kakak ga mengerti. dan ga ada seorangpun yang ngerti." kata anak itu .
"maksud kamu?"
"kakak ga pernah di posisi aku, mama dan papa aku meninggal, kakak aku juga, aku sendiri.. kakak pasti ga tau kan rasanya gimana hidup sendiri."
kata-katanya sangat dewasa, tidak seperti bocah berusia 9 tahun. anak ini baru bergabung di rumah kasih kemarin, karena orang tua dan kakaknya kecelakaan, ia berasal dari keluarga kaya, tapi seluruh kekayaan disita bank karena hutang orang tuanya.
"kakak sama seperti kamu, saat kakak kecil, kakak baru serusia 6 tahun, mama kakak dibunuh sama papa kakak, dan karena depresi papa kakak juga bunuh diri di waktu yang sama. kakak hanya berdua sama saudara kembar kakak. kakak sangat sayang dengan saudara kembar kakak, tapi saudara kembar kakak sangat membenci kakak."
"lalu apa kakak juga membenci dia?"
"tentu saja tidak. kakak sangat mencintai dan menyayangi dia."
"bohong, kalau benar seperti itu, kenapa kakak ga tinggal bersama dia?"
"karena kakak mau dia bahagia, dan dia bahagia kalau ga bersama kakak."
"apa kakak nyaman tinggal di sini? liat anak-anak itu, mereka jorok." kata si anak itu sambil menunjuk ke sekelompok anak-anak yang bermain pasir.
"kakak nyaman. karena mereka menyayangi kakak."
"kenapa kakak sayang mereka? apa kakak punya hubungan darah dengan mereka?"
"tidak.. kasih sayang bukan cuma karena hubungan darah, dan itulah yang kakak rasakan disini." kata Yossica.
"kakak punya pacar?"
pertanyaan anak itu menyentak batin Yossica. Yossica terdiam, melepas sedikit senyum sambil mengelus kepala anak itu.
Selama setahun berlalu Yossica benar-benar tidak pernah berkomunikasi dengan James.
tidak pernah ada kata -putus- diantara mereka. karena itu Yossica juga tidak mengerti mengenai hubungannya dengan James, namun James sudah menjadi milik Jessica..sepertinya itu adalah sebuah kejelasan dari akhir hubungan Yossica dan james.
"kakak belum punya pacar.."
"tadinya kakak punya?pasti kakak yang mutusin pacar kakak yang terakhir ya?"
Yossica hanya membalas dengan senyuman.
"ya.. 1 detik lalu kakak memutuskan hubungan kami." jawab Yossica dalam hati.
***
Yossica berjalan, hendak membeli bahan makanan untuk dimasak di rumah kasih.
tanpa sengaja Yossica bertemu Pa David, mantan pelatih bulu tangkis Yossica, sekaligus ayah dari James.
"Hai pak..lama ga bertemu." sapa Yossica.
"Yossi. kamu kemana saja ngilang begitu saja? oh ya. saya turut prihatin atas hal yang menimpa kamu." kata pak David.
"makasih pak. sekarang Jessica yah yang menjadi pemain andalan bapak?" tanya Yossica.
"seandainya saja saya bisa memilih kamu menjadi pemain andalan saya. pasti bukan Jessica orangnya..sayang nasib ga berpihak dengan kamu. maafkan saya."
"oh.. ga apa kok.. ini pasti sudah jalanNya."
"tapi bapak tidak menyangka Jessica sejahat itu dengan kamu."
"maksud bapak?"
"Jessica memang sudah menyelamatkan kamu dengan membantu memberikan sumsum tulang untuk transplantasi sel induk agar kamu selamat, tapi dia melakukan itu hanya untuk mendapatkan James. tidak tulus. padahal dia kan saudara kembar kamu."
Yossica tersentak.
***
Malam ini Yossica berjalan pelan menyusuri alun-alun kota sendiri.
Yossica kaget dengan apa yang ia dengar dari Pak David.
Yossica terus berkata-kata dan bertanya-tanya dalam hati.
jadi selama ini.. James menjadi pacar Jessica demi aku? James merelakan dirinya untuk keselamatan aku? tapi.. apa iah Jessica tega melakukan itu? dan ribuan pertanyaan lain yang tersirat di benak Yossica.
Air mata Yossica menetes. Dengan cepat air mata membasahi pipinya. seakan awan ikut menangis, tiba-tiba hujan turun deras. terlalu deras.
Yossica semakin larut dalam kesedihan, air hujan bersamaan air mata mengalir di pipi Yossica.
tubuh Yossica lemas. kepalanya berat. Yossica hampir terhempas ketanah.
"Yossica!" tiba-tiba muncul james yang menopang tubuh Yossica.
"james?"
"kamu kenapa? kamu baik-baik aja?!" kaya James. Yossica menatap James, sudah lama, tatapan James tidak pernah berubah, tatapan James selalu dapat membuat Yossica tenang.
"lepasin aku!!" kata Yossica sambil melepaskan tubuhnya dari tangan James.
"Yossica. aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja."kata James.
Hujan mereda.
"aku jauh lebih baik-baik aja kalau aku ga liat kamu! aku benci kamu!!" kata Yossica sambil pergi berlari meninggalkan James.
dan hari itupun berlalu.
***
James sudah mulai mencoba bersikap baik dengan Jessica. walaupun cinta James hanya untuk Yossica..
tapi James sudah berjanji pada Jessica untuk tetap mendampingi dia bila Jessica memberikan sumsum tulang untuk Yossica.
tapi nasib buruk menimpa Jessica, mungkin ganjaran atas apa yang ia lakukan selama ini. ternyata Jessica mengkonsumsi obat-obat terlarang agar tubuhnya selalu berstamina saat bermain bulu tangkis. obat-obatan tersebut telah membuat fungsi hatinya rusak. dan harus dilakukan pencangkokan hati.
Yossica yang mendengar hal itu sangat kaget, ia memutuskan akan melakukan apa saja agar saudara kembarnya selamat.
"maaf. tidak bisa , pencangkokan hati akan dilakukan bila kita mendapat hati dari seseorang yang sudah meninggal."
"lalu gimana kalau saya ingin memberikan hati saya pada Jessica dok?" tanya Yossica.
"Maaf... tidak bisa.."
Yossica akhirnya pulang kerumah kasih.
ia menangis, berpikir keras bagaimana cara menyelamatkan sang adik.
Yossica tidak dapat berpikir lagi. ia tau caranya salah. tapi ini cara satu-satunya.
Yossica menggariskan besi tipis yang tajam itu ke tangannya, darah mulai keluar perlahan. dan akhirnya Yossica meninggal.
Singkat cerita Yossica dikubur, sedangkan hatinya di cangkok di tubuh saudara kembarnya.
pemakaman begitu ramai oleh orang-orang dari rumah kasih.
anak-anak menangis melepas kepergian sang kakak relawan itu.
dan James sangat tidak menyangka akan akhir kehidupan dari orang yang paling ia cintai itu.
"kakak.. nama kakak james?" kata seorang anak.
"ya.. kamu siapa?" tanya James.
"aku teman kak Yossi. kak Yossi adalah teman pertama ku di rumah kasih, aku sayang kak Yossi. dia mengajarkan aku banyak hal. dia gadis yang baik." kata anak itu.
"ya.. Yossica adalah gadis yang sangat baik. kamu tau darimana kakak adalah James?" tanya James.
"kak Yossi pernah melukis wajah kakak, kak Yossi juga menitipkan sesuatu untuk kakak." kata si anak sambil memberikan sebuah kaset.
"kata kak Yossi, ini untuk kakak dan untuk Jessica." kata si anak itu.

James kemudian menghampiri Jessica yang masih di rumah sakit.
"hai Jess." sapa James.
Jessica hanya membalas dengan senyum dan tatapan kosong.
"harusnya gue sadar, Yossica adalah saudara terbaik gue, dia kakak yang luar biasa, yang selalu mengajarkan gue banyak hal. dia rela berkorban untuk gue. dia bahkan rela mati cuma untuk nyelamatin gue.." Jessica menangis.
"tapi selama ini? gue tega sama dia, gue rebut lo, gue bahkan tertawa di atas tangisan dia, pas dia lagi menghadapi penyakit mematikan, gue malah menjadikannya untuk keuntungan gue.. gue nyesel.." tambah Jessica.
"ini.. Ica nitipin ini buat kita. gue setel yah." kata James sambil menyetel kaset itu di dvd rumah sakit.

"hai..." kata Yossica di layar kaca.
"kalian apa kabar? aku baik-baik aja. sekarang aku mungkin ada di tempat yang sangat nyaman, yang jauh dari tangisan dan penderitaan. Aku mau ngomong sesuatu sama kalian, aku mau bilang kalau aku sayang sama kalian berdua. pertama-tama.. Jessica.. Jessi...."
"ya?" jawab Jessica seolah-olah mereka sedang berbicara.
"Jess. aku sayang sama kamu. kamu doank alasan aku bertahan, ketika kita kehilangan mama dan papa, cuma kamu yang aku punya, aku sayang kamu Jess. aku memang sempet kecewa sama kamu, tapi sedetikpun aku ga pernah membenci kamu. kamu adalah orang yang selalu nomor satu di hati aku.. aku harap kamu akan hidup baik-baik aja setelah kamu terima pencangkokan hati aku.. selalu jaga hati itu yah Jess. itu aja kenang-kenangan aku untuk kamu. hadiah terakhir untuk kamu. adik ku.. i love you.."
Jessica menangis. mendengar Yossica berkata seperti itu dalam video itu.
"Jess.. kamu nangis yah? dont cry.. plis.. " kata Yossica dalam video itu.
Jessica menghapus air matanya.
"sekarang untuk James.. James....James..."
"iah?" jawab James.
"kamu jawab aku kan? hehe. James. aku sayang sama kamu. kamu inget waktu malam itu, saat hujan, kita tanpa sengaja ketemu di alun-alun, saat itu aku udah tau kalau sebenernya kamu pacaran sama Jessica cuma untuk sumsum tulang Jessica. tapi aku sengaja seakan membenci kamu. itu supaya kamu bisa terus jalan sama Jessica. aku sayang sama Jessica, aku cuma bisa tenang kalau Jessica hidup bersama dengan orang yang bener, orang yang setia, yang baik, dan itu cuma kamu. aku sayang sama kamu. hati aku kini ada di tubuh Jessica, cintailah Jessica, sayangi dia, dan hiduplah berbahagia selamanya. Janji??"
James berusaha menahan air matanya tidak menetes, tapi tetap saja, air mata itu mengalir begitu deras membasahi pipi James.
"James?? Janji yaa??"
James mengangguk.

"kalian harus hidup bahagia, aku bakal hantuin kalian kalau sampai kalian ga hidup bersama. hehe. pokoknya.. Jessica, James .. kalian harus bahagia. aku harus matiin handycame nya sekarang yah. karena abis ini ada adegan yang pasti kalian ga bakal mau liat. hehe. udah dulu yah.. selamat tinggal james... jessica.. aku akan selalu hidup di hati kalian..My Twince, My Prince... love you..."
dan video itu berakhir.
Jessica kini mengerti arti sebuah pengorbanan, penyesalan memang datang terlambat. James dan Jessica tenggelam dalam kesedihan..
mungkin mereka harus menangis sepuasnya. karena mulai besok mereka harus hidup bahagia selalu.
setidaknya itulah permintaan terakhir Yossica.

-The End-




8 komentar:

Anonim mengatakan...

i love you nat :)

Choconatz ♡ mengatakan...

hm? siapa ya?

Anonim mengatakan...

someone u know but u never imagine :)

Choconatz ♡ mengatakan...

ew..
--a
can you tell me who are you?

Susan_moi mengatakan...

CC Natha ada yg suka ea ?
HeHe

Love this story ce :)

Choconatz ♡ mengatakan...

thanks susan_moi. :)

Anonim mengatakan...

You dont need to know who i am, just let me admire u :)
I'll not disturb you with any bad things, i promise :D

Simplylidd mengatakan...

Wahhh, Nath jd sedih bca critanya ..
Good story, Nath.. :'(

Posting Komentar