i love myself..

Senin, 30 April 2012

Star from heaven

love



"Papa.. Selamat ulang tahun ya.." Kata anakku dengan tatapan polos dan senyum ala anak 5 tahun lengkap dengan kedua tangan terbuka siap untuk kudekap dalam pelukanku.
"Makasih Vellicia sayang.." Kataku sambil mengecup keningnya dan mendekapnya erat. Aku sangat menikmati moment ini, aku dan istri tercinta ku, bersama dengan anak perempuan semata wayang kami duduk di meja merayakan ulang tahunku yang ke 31.
Tiba-tiba handphone di saku celana ku bergetar di susul nada dering. Aku mengangkat panggilan itu, ternyata dari salah seorang client ku dari singapura, ia baru sampai dari indonesia. Ia meminta ku mengadakan pertemuan mendadak sore ini, akupun tak dapat menolak.
"Papa mau kemana ? Velly masih mau bareng papa." Kata anakku.
"Maaf yah sayang, nanti malem kita ketemu lagi, kita ke taman bareng . Oke velly?" Janjiku.

Velly, anakku mengangguk semangat akan janjiku.
Akupun pergi dan menemui client ku.

***

Akhirnya pertemuan selesai, aku keluar dari kantorku, langit sudah sangat gelap, kantor juga sudah sangat sepi, aku langsung naik mobilku, melepas jas hitam dan meletakan di jok(bangku) belakang. Akupun melaju cepat. Aku menaikan lengan baju kiriku, melihat ke jam roleks di tangan kiriku, jarum jam menunjukkan pukul 10.00
Pertemuan berlangsung cukup lama, sudah selarut ini jalan masih saja macet. Aku menyenderkan kepalaku. Mengingat hasil keputusan rapat tadi, sepertinya aku harus meminjam uang kepada bank agar aku dapat membangun anak perusahaan untuk menunjang proyekku dengan client dari singapura itu.
Akhirnya sampai di rumah, satpam langsung membukakan gerbang untukku, aku menyuruh sopir untuk memparkir mobilku, aku masuk ke rumah.
Sesampainya di ruang tamu aku begitu terkejut, anak tercintaku , Vellicia tertidur lelap di sofa duduk, ditemani dengan istriku .
"Mama. Kok velli dan mama tidur di ruang tamu?" Kataku sambil membangunkan istriku.
"Papa ?? Papa baru pulang ? Papa tau udah jam berapa ?" Tanya istriku.
Aku melihat ke jam dinding besar di rumahku, dan jarum menunjukan pukul 11.15.
"Ya. Papa tau ini sudah larut. Maaf papa pulang semalam ini, jalan tadi macet karena ada perbaikan jalan, papa juga baru selesai bertemu client jam 10.00." Jelasku.
"Papa. Bukan itu. Velli... Papa janji sama dia mau ajak dia ke taman, dia nunggu papa..papa gimana sih ?!" Kata istriku dengan nada keras, aku tersentak. Astaga, aku lupa akan janji itu. Langsung aku meraih anakku, kemudian memeluknya.
"Papa ?" Panggil velly, sepertinya ia terbangun.
"Papa.. Papa janji ajak velly ke taman kan?" Tanya velly.
"Maaf sayang, tapi ini sudah terlalu malam. Kapan-kapan yah kita main ke taman." Rayuku. Velly terdiam sesaat, matanya yang penuh keluguan mulai berkaca-kaca. Tak sempat aku meraih tubuhnya, ia sudah berlari sambil menangis terisak menuju kamarnya.
"Sepertinya velly kecewa papa ga bisa tepatin janji papa. Papa harus inget, keluarga itu nomor satu pa, bukan harta. Papa tuh emang kebiasaan begitu." Tegur istriku.
"Ma ! Papa juga ga mau buat velly gitu. Papa lupa ma. Lagian papa cari uang juga untuk mama, untuk masa depan velly." Kataku dengan emosi sudah sedikit meluap.
"Kok papa bentak mama sih ?! Yang velly butuhkan bukan cuma harta untuk masa depannya, tapi kasih sayang dan perhatian dari papa untuk masa kininya pa. Terus kenapa papa bilang cari uang untuk mama . Mama ga ngerasa tuh!"
"Papa ngerti. ! Papa sayang sama velly, papa juga ga sengaja melakukan ini, papa juga selama ini selalu menyayangi dan memperhatikan velly. Cuma malam ini papa lupa. Mama berkata seperti itu, padahal tagihan kartu kredit mama itu setiap bulan besar sekali! Sudahlah. Papa cape. Papa mau istirahat." Kataku kemudian meninggalkan istriku.

***

Esoknya aku mengajukan pinjaman ke pihak bank. Jumlahnya cukup besar. Aku yakin proyekku berhasil kali ini. Dan kabar baiknya bank menyetujui pinjamanku.
Kemudian aku tiba-tiba terpikir tentang velly. Aku kemudian mampir ke sebuah toko komputer, aku akan membelikan velly komputer tercanggih sebagai tanda permintaan maafku.
Singkat cerita velly yang baru pulang sekolah begitu terkesima melihat komputer canggih berwarna merah muda di salah satu sisi kamarnya.
"Waaahh. Ini punya velly pa ?" Tanya velly ke araku.
"Tentu. Ini untuk velly. Velly. Papa minta maaf yah. Kamu jangan marah lagi sama papa." kemudian aku memeluk tubuh mungilnya.
"Ga kok pa. Velly kemalin cuma sedih, kalena sebenernya kemalin velly uda siapin papa hadiah untuk di kasih di taman, tapi papa ga bisa, jadi velly sedih ga bisa kasih apa2 di hali ulang tahun papa.. Makasih yah pa velly di kasih komputel."
Dan sejak hari itu velly sangat menjaga baik-baik komputernya itu, ia sangat suka menyukai pemberianku. Kini aku kembali harus konsenstrasi dengan bisnisku. Tapi sebelum itu, aku mengajak velly ke taman. Untuk menebus kesalahanku kemarin.
"Papa. Papa tiduran." Perintah velly kemudian menyuruhku tiduran di atas rumput, ia mendorong lembut tubuhku , dan kemudian ia menidurkan tubuhnya di rerumputan itu juga tepat di sampingku.
Pandangan kami tertuju pada bintang2 di langit.
"Papa. Velly mau ambilin bintang untuk papa." Katanya sambil menedangkan tangannya ke atas, ia menutup matanya sebelah. Kemudian mengepalkan tangannya.
"Ini untuk papa.. Bintang paling terang untuk papa." Kata velly sambil meletakan kepalan tangan kecilnya di tanganku.
Aku tersenyum ke arahnya.
Haripun berlalu, tiba-tiba ada goncangan besar di keluargaku. Aku berselisih dengan istriku. Ia ternyata berselingkuh, aku dan istriku bercerai, hak asuh velly jatuh ke tanganku. Sedangkan istriku menikah dengan pria lain.
Namun velly yang masih terlalu kecil tidak mengerti akan permasalahan ini.
"Mama lagi kerja yang jauh." Itu saja jawabanku ketika velly bertanya2 keberadaan mamanya.

***

(1 tahun berlalu)

"Papa. Hari ini kita bisa main ga ?" Tanya velly.
"Velly. Papa kan udah bilang, papa sibuk, kamu main sama bibi aja yah." Kataku kemudian pergi dengan mobilku ke kantor. Aku begitu pusing dengan proyekku yang mengalami banyak kendala.
Setiap hari yang kuhadapi adalah tumpukan kertas yang harus ku tandatangani.
Aku begitu lelah.
Satu haripun berlalu. Aku pulang dari kantor, sampai di rumah aku melihat velly bediri di depan pintu.
"Papa.. Velly mau peluk papa." Pinta anakku.
"Papa kotor, belum mandi, ga usah yah velly, sekarang velly tidur." Kataku , kemudian memanggil babysitter velly untuk membawanya tidur.
Esok harinya pagi hari aku tak sempat memakan sarapanku.
"Papa!" Panggil velly ketika aku sedang memakai sepatu fantofel di kaki kananku.
"Apa velly?" Tanyaku.
"Vellicia kangen mama, vellicia kangen papa." Katanya dengan air mata mulai menetes.
"Velly jangan cengeng. Velly denger papa. Kamu ga boleh manja dan ga boleh cengeng. Papa ga suka velly kaya gini." Kataku, kemudian mengambil tasku dan beranjak ke mobilku.

***

Aku memejamkan mataku. Astaga, kerugian perusahaan semakin besar, serba defisit, belum lagi cicilan bank yang harus di bayar. Sudah 3 bulan aku tidak membayar cicilan utangku ke bank. Setiap telefonku berdering baik telefon gemgam atau telefon kantor, jantungku berdetak cepat, berharap itu bukan telefon dari pihak bank.

Hidup ku mulai kacau. . Aku kemudian meneguk kopi yang baru saja di antarkan OB . Dan seseorang mengetuk pintu ruanganku.
"Papaa !!!!"
Tiba-tiba muncul sosok velly di depan pintu, berteriak dan kemudian menghampiriku.
"Kamu ngapain di sini ?" Tanyaku .
"Velly kangen papa..." Katanya perlahan.
Aku memalingkan wajahku ke babysitter di belakang velly.
"Bi! Bawa dia pulang sekarang." Perintahku.
"Ga mau!!" Teriak velly.
"Jangan membangkan velly !" Bentakku.
Akhirnya velly sambil menangis keluar dari kantorku.
Aku teruduk kesal di kursiku.
Tiba-tiba telefonku berdering. Pasti ini velly. Tebakku.
"Hallo." Kata seseorang laki-laki di sambungan telefon.
"Kami dari pihak bank. Sesuai perjanjian, kalau bapak terlambat membayar hutang bapak dan bunganya, kami akan meyita perusahaan bapak." Kata orang itu.
Aku terdiam beberapa saat.
"Pak ! Jawab saya! Bahkan aset perusahaan bapak kini sudah merosot, kami juga akan menyita harta pribadi bapak." Tambahnya.
"Kasih saya waktu!" Kataku.
Dan akhirnya selama berhari-hari aku mencoba menjual sahamku, namun tidak menutupi utangku di tambah bunga yang sangat besar.
Pihak bank menyita perusahaanku dan segala asetku.
Malam ini aku duduk di sofa ruang tamu , ku lepas jas hitam dari tubuhku dan melonggarkan dasi yang mengikat kuat di leherku.
"Papa. Papa kok sedih?" Kata velly saat melihatku.
Aku meneteskan air mata. Aku begitu khawatir rumah ini disita bank. Velly naik ke sofa, ia berdiri.
Dan dengan tangan mungilnya velly mencoba menghapus air mataku.
Aku kemudian pergi ke kamar untuk istirahat meninggalkan velly begitu saja di ruang tamu.

***

Pagi ini aku sangat tidak menikmati sarapanku.
Roti berisikan selai nanas yang ku kunyah dalam mulutku tidak mengeluarkan rasa apapun.
"Jangann !! Pergi keluarr!!" Kata seseorang dari ruang tamu. Seperti suata babysitter velly.
Aku langsung pergi ke ruang tamu.
Aku terkejut. Orang orang berpakaian serba hitam, berbadan besar, mengangkat sofa dan televisi dan beberapa elektronik lain di ruang tamu.
"Jangan mas !! Mas maling yah!!" kata babysitter velly sambil berusaha mencegah orang itu. Orang yang sepertinya para dep kolektor.
"Papa.. Mereka kenapa ambil barang-barang kita?" Tanya velly kepadaku.
"Kalau velly sayang papa, jangan banyak bertanya dan relakan barang-barang kita." Jawabku singkat.
"Sudah bibi. Ga usah di cegah." Perintahku ke babysitter yang dari tadi berusaha mencegah para dep kolektor itu.
Dept kolektor itu meminta sertifikat tanah, rumah, surat-surat mobil-mobilku, dan segala hartaku.
Tanpa melawan aku hanya bisa merelakannya.
Aku terduduk lemas di lantai, di ruang tamu yang kini kosong.
"Papa... Papa.." Panggil velly.
Aku tidak memalingkan wajahku ke arahnya.
"Papa.. Orang-orang gede yang tadi mana?" Tanya velly.
"Kenapa ?"
"Mereka lupa membawa mousenya pa.. Tadi mereka ambil komputel velly, tapi lupa ambil mousenya." Kata velly.
"Mereka ada di tempat parkir mobil." Jawabku. Kemudian velly berlari pergi meninggalkanku.

***

(Sudut pandang velly)
Akhirnya aku menemukan orang-orang besar itu.
"Pak.. Ini mouse nya ketinggalan." Kataku sambil menyerahkan mousenya ke seorang di antara mereka.
"Kenapa kamu rela komputer kesayangan kamu di ambil? Malah kamu berbaik hati memberikan mous ini?" Tanya orang-orang besar itu padaku.
"Karena velly sayang papa. Velly rela semua yang velly punya di ambil, asal kalian jangan ambil papa velly." Jawabku.
orang yang bertubuh besar dan berpakaian hitam itu menatapku cukup lama.
"Papamu beruntung memilikimu." Katanya.

***

(Sudut pandang Ayah)
Aku dan velly tinggal berdua di kontrakan kecil.
Kami hidup serba kekurangan, aku setiap hari berusaha mencari kerja. Aku berusaha sekuat tenanga, seharian ini aku tidak pulang, aku terluntang-lantung kesana kemari, akhirnya setelah jam 9 malam aku pulang ke rumah.
Aku pergi ke kamar ku yang kecil dan sederhana.
Aku menidurkan tubuhku di kasur itu, namun kasur itu sangat tidak nyaman, aku kemudian duduk di atas kasur itu.
Aku menemukan sebuah kertas kecil.
Aku membukanya perlahan.. Ini sebuah surat dengan tulisan sedikit berantakan , aku berusaha membaca surat ini.
"Papa.. Ini velly. Papa. Velly sayang papa. Papa ga boleh sedih dan menangis. Kita emang ga puna rumah, ga puna mobil lagi, ga puna makanan tiap hari, tapi kita puna Tuhan pa.. Tuhan ga akan ninggalin kita. Papa.. velly sayang papa, Tuhan sayang papa. Kita berdua sayang sama papa. Papa bilang velly ga boleh cengeng , kenapa sekarang papa yang suka cengeng ? Papa tersenyum yah. Salam hangat. Vellicia Violyn Ferbrano. I love you."

Air mata mengalir deras. Aku kemudian berlari ke kamar velly. Tapi kamar itu kosong. aku berusaha mencarinya di ruangan lain, tapi aku juga tidak menemukan sosoknya.
"Velly!!" Panggilku dengan kekhawatiran, aku keluar rumah kontrakan kecil itu.
"Vellyy !!!" Panggilku sekali lagi.
"Pak. Cari velly?" Tanya seseorang tetanggaku.
"Ya. Apa ibu liat velly?" Tanyaku.
"Dia tadi terbaring di samping jalan, sepertinya ia terserempet kendaraan, warga membawa dia di rumah sakit di sana."
Aku langsung berlari ke rumah sakit itu.
Tuhan. Jaga anakku. ..
Kemudian aku berlari di lorong rumah sakit itu.
Aku menghentikan langkahku. Ku lihat sosok seorang lelaki seusiaku terduduk, wajah yang tak asing bagiku, dia tetanggaku.
"Pakk!" Panggil dia saat menyadari keberadaanku.
"Bapak terlambat, seandainya bapak datang 1 jam lebih awal. Dari pertama ia ditemukan warga, anak itu memanggil2 papa nya." Kata orang itu.
Aku langsung membuka pintu putih yang berada di samping orang itu berdiri.
Aku kemudian masuk ke ruangan serba putih itu.
Aku melihat vellicia, anakku terbaring di atas kasur. Ia tertidur sangat lelap.
Aku mendekatinya. Selang oksigen tidak diletakan di hidungnya, malah di letakan di atas kepalanya .
Apa anak ini telah tertidur untuk selamanya ?

Aku meraih tangannya yang mungil, jari jemarinya mulai kaku, tangannya sudah mendingin, warna kulitnya pucat, sudah berapa lama tidak pernah aku menyentuh tangan mungil ini ? tangan mungil yang selalu terbuka lebar untuk memelukku.. Tangan yang pernah memetik bintang di awan hanya untukku, tangan yang selalu menghapus air mataku di kala aku menangis Tangan yang selalu rindu gemgamanku .

Air mataku mulai menetes.

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Berusaha memperhatikannya lebih dalam .
Aku tersentak.
Baru kusadari,wajah Vellicia,wajah anak tercintaku begitu jauh berbeda.. Seberapa lama aku sudah tidak pernah lagi memerhatikan anak ini ?
Anak ini begitu kurus sampai tulang pipinya sedikit muncul, dan kantung matanya hitam.

Anak ini jauh berbeda.

Aku memegang wajahnya dengan tanganku.
Wajah ini...
Wajah yang penuh keluguan.
Wajah yang selalu memancarkan tawa dan kebahagiaan
Kini wajah ini hanya bisa terdiam, dengan wajah pucat pasi, dan bibir mulai kebiruan. Tapi wajah ini seakan tetap memancarkan sukacita , seakan wajah ini ingin melepaskan senyuman kepadaku, seakan mulut kecilnya yang masih tidak lancar berkata R itu ingin terbuka dan berkata "Velly sayang papa."

Aku larut dalam kesedihan.

Kemudian mengecup keningnya, kembali aku baru menyadari, sudah berapa lama tidak ku kecup kening ini ?

Aku mengecup kening ini sekali lagi.
Air mataku menetes ke wajahnya, aku berharap velly dapat bangun dan tersenyum manis kepadaku, seperti yang biasa ia lakukan dikala bibirku menyentuh keningnya. Namun itu hanyalah kayalan, velly tetap tertidur tenang.

"Velly... Katakan sekali lagi. Kamu menyayangi papa. Seandainya papa bisa melakukan sesuatu supaya kamu bangun. Papa akan lakukan apapun velly." Kataku di hadapan tubuh velly yang telah terbujur kaku.

Aku tak kuasa lagi menahan sedih.
Aku menatap tubuhnya.
Inilah anakku. Yang selalu merindukanku.
Inilah anak yang selalu menyayangiku.
Anak yang selalu memperhatikanku.
Anak yang selalu berusaha menarik perhatianku.
Anak yang Tuhan titipkan 6 tahun lalu.
Anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang aku kasihi
Dan inilah anak yang meninggal akibat kelalaianku.
Aku mendekatkan wajahku ke telinganya.
"Papa janji.. Di kehidupan kedua. Papa ga akan pernah nyakitin velly. Velly tunggu papa yah di surga. Papa sayang velly. Papa minta maaf. Love you velly." Bisik ku.
Aku merasakan kehangatan.
Seolah mulutnya yang mungil juga membisik di telingaku.
"Velly memaafkan papa dan velly akan menunggu papa. Love you pa.."
Aku kemudian mengambil selimut putih yang menutupi sebagian tubuh velly, dan menutup seluruh tubuh velly sampai ujung kepalanya.

Aku harus merelakannya........ merelakan bintang kecil yang pernah Tuhan kirimkan dari surga.


The end
written by : @Choconatz_

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Love the story and love the writter too :D

Abeg Oth mengatakan...

Thanks sudah sharing. Kisah ini mirip dengan kisah client saya dari bandung.

Choconatz ♡ mengatakan...

Thanks :)

Valentine mengatakan...

yah ampun..deres dehhh T_T

Choconatz ♡ mengatakan...

hehe. thanks hwang chu pinn.. :*

Posting Komentar