i love myself..

Rabu, 26 Oktober 2011

Red Flower for You

Red Flower for You

Request by My friend, this story about 'c' First love.


“nama kamu siapa?” tanyaku sambil memberikan sedikit senyuman.

“nama aku Rachel.” Jawabnya lembut dengan wajah sedikit tertunduk.

“nama aku Choky. Salam kenal, Rachel.” Kataku, membuat Rachel tersipu malu, Rachel sangat menarik perhatianku, Rachel sangat cantik dan manis. Walau aku masih 4SD, namun aku sudah dapat menilai paras seorang wanita. Rachel memiliki paras lembut dan sedikit pemalu.

Sejak perkenalan hari ini hubungan kami semakin dekat, aku bahkan memiliki panggilan khusus untunya yaitu “moi” .kebetulan kami berkenalan karena sering bertemu di sekolah minggu, setiap hari minggu aku selalu mengajak Rachel untuk pergi bersama ke sekolah minggu, mula-mula ia ragu dan sangat malu, tetapi kelamaan Rachel sudah terbiasa bersama-sama denganku.

Akupun sering berkunjung ke rumah Rachel karena rumahnya yang tidak jauh dari rumah nenek ku. Hari ini aku kembali berkunjung ke rumahnya, hari ini malam begitu cerah, bintang-bintang dan bulan berterangan di atas langit hitam.

Aku dan Rachel pergi ke loteng rumah untuk menikmati pemandangan tersebut.

“Coco.. liat deh. Bintang itu terang banget yah..” kata Rachel sambil menunjuk ke arah sebuah bintang di langit. Aku mengangguk mengiyakan hata-kata Rachel sambil menggariskan sedikit senyum ke arahnya. Kami menatap bintang itu , dan terus menatapnya.

Tiba-tiba bahuku serasa tersentuh, ternyata kepala Rachel tersandar di bahuku. Dan setelah ku perhatikan ternyata Rachel tertidur. Aku ingin membangunkan Rachel namun ia begitu lelap, dan aku tidak sampai hati membangunkannya.

Setelah lebih dari sejam ia tertidur akhirnya ia terbangun.

“loh? Coco?? Aku ketiduran yah? Kok kamu gak bangunin aku?” tanya Rachel sambil mengucek matanya.

“iah. Kamu ketiduran. Aku ga berani bangunin kamu.” Jawab ku.

Karena sudah malam, aku dan Rachel turun dari loteng dengan sangat perlahan. Supaya tidak ketauan oleh orang tua Rachel. Namun mama Rachel ternyata sudah menunggu kedatangan kami, dan akhirnya kamipun kena marah.
karena malam sudah larut, aku kembali ke rumah.

Aku membuka pintu rumah perlahan-lahan.

“Kemana aja kamu Choky?! Baru pulang jam segini!!?” sambut mama ku di depan pintu sambil melotot ke arahku. Setelah hampir setengah jam aku di marahi, akhirnya aku dibiarkan beristirahat dan tidur.

Satu tahun berlalu, kami menjadi lebih dekat satu sama lain. Kami sering melakukan hal-hal menyenangkan bersama.

Hari ini hari minggu, seperti biasa aku dan Rachel pulang sekolah minggu bersama, namun hujan turun begitu kencang.

“gimana nih coco?” tanya Rachel dengan bingung,

“aku juga bingung moi.. kita tunggu reda aja ya?” kataku memberi saran. Kami kemudian menunggu sampai lebih dari setengah jam namun hujan tidak memberikan tanda-tanda reda.

“kalau lebih lama lagi, nanti mama kamu marah kamu pulang telat.”kataku membuat kami akhirnya memutuskan untuk menerobos hujan deras itu. Kami berlari melawan hujan itu.

Dan.. Bruk!! Tida-tida Rachel terjatuh.

“aduhh..” ringis Rachel kesakitan dan kemudian menangis. Ahh.. aku sangat benci melihat wanita menangis.

“uda jangan nangis Rachel!”

“sakit..” Rachel terus menangis sambil memegang kakinya, sepertinya terkilir.

“iah aku tau sakit! Tapi jangan nangis bisa kan?!” kataku membuat Rachel sedikit kaget, dia kemudian berhenti menangis.

Maaf Rachel, tapi aku benci melihat wanita menangis.. kataku dalam hati.

Aku kemudian jongkok di depan tubuh Rachel.

“naik. Biar aku gendong kamu.” Kataku.

Rachel terdiam sejenak.

“ga mau..” tolak Rachel.

“jadi kamu mau diem terus di sini hujan-hujanan terus di marahin mama kamu?”

Mendengar perkataan ku Rachel kemudian menaikan tubuhnya yang mungil ke tubuhku.

Ternyata Rachel tidak seringan yang aku bayangkan. Perlahan aku menggendong tubuh Rachel di tenagh terpaan hujan yang sangat deras.

“kamu kok mau gendong aku?” tanya Rachel.

“kan kamu keselo. Daripada kena marah.” Jawabku singkat. Akhirnya setelah perjuangan yang begitu berat kami sampai di rumah Rachel. Dan tepat perkiraan kami. Di depan rumah mama Rachel sudah menyambut kami, bukan dengan segelas teh hangat tetapi dengan mata melotot.

Kami terus di sembur dengan berbagai macam ocehan, pertama karena kami hujan-hujanan kedua karena Rachel pulang membawa luka-luka dengan kaki terkilir. Setelah penat mendengar semua ocehan akhirnya aku pulang dan di rumah kembali mama sudah menunggu dengan 1000 kata-katanya.

Sungguh menyebalkan hari ini.

Tapi biarpun begitu, aku tidak akan pernah melupakan kenangan di hari ini, antara Rachel dan aku.

Hari-hari selalu kami lewati bersama, tawa, duka, canda, tangisan, memenuhi hari-hari kami. Membuat kami semakin dekat.

Sampai tiba di suatu saat aku menyadari, aku sudah bukan hanya menyayangi Rachel sebagai sahabat. Namun lebih, tiap bersamanya perasaan ku gelisah, nyaman, bingung, senang, bercampur semua,

Akhirnya hari adalah malam natal, hari ini aku beranikan diri untuk mengungkapkan semua perasaan ku padanya.

“Moi..” panggilku, Rachel menoleh ke arahku sambil menggariskan sedikit senyum. Aku bingung bagaimana mengatakannya. Aku salah tingkat dan rasanya bibirku sulit untuk berkata bahwa aku mencintainya.

“ada apa coco? Kok diem??” tanya Rachel.

“Moi.. aku .. hm..” aku menarik nafas panjang dan membuangnya .

“aku sayang sama kamu moi.. kamu mau jadi pacar aku?” akhirnya perkataan itu keluar dari mulutku sambil kemudian aku memberikan setangkai bunga berwarna merah ke Rachel.

Rachel tersenyum dan menerima bunga itu . “aku akan kasih jawabannya besok yah, di malem pada hari natal.”

Malam ini berkali-kali aku terjaga, rasanya tidak sabar menunggu hari esok.
hari esok pun datang. Namun Rachel tidak mengabariku sedikitpun. Dan malam ini pun berlalu begitu saja. Sangat membingungkan.

Keesokannya aku pergi ke rumah Rachel untuk meminta jawaban.

Rumah itu terlihat kosong.

“moi!!” panggilku.

Tapi tak ada jawaban, pintu tertutup rapat, setelah aku intip jendelanya, semua barang kosong.

“Rachel!!” panggilku sekali lagi.

Betapa terkejutnya aku saat tau Rachel pindah rumah. Aku sangat bingung dengan perasaan aku sendiri. Dan rasanya tidak mampu mengontrol emosiku.

Aku tidak memiliki nomor Rachel, atau alamat barunya, kami lost contact.. setiap hari aku berusaha melupakan Rachel.. walaupun aku merasa sebagian dari perasaan ku hilang. Namun kubiarkan itu tetap ku pendam.

5 tahun berlalu..

Aku sudah benar-benar melupakan Rachel dari ingatan ku. Dan sekarang aku berpacaran dengan seorang gadis bernama Delia, Delia memang tidak secantik Rachel, tetapi dialah wanita yang sudah mewarnai kembalihalaman hidupku yang sempat kosong.

Malam ini aku sedang menikmati keheningan malam dan pemandangan bulan dan bintang.

Namun suara SMS dari hp-ku melepas keheningan saat itu.

SMS dari seseorang yang tidak aku kenal, nomornya asing dan tidak ada dalam daftar kontak-ku.

Dan aku kemudian membalasan pesan itu.

-Malam.. ini Choky ya?

-Ya. Ini siapa??

-Coco.. masih inget aku??

Coco katanya??? Jangan-jangan.. dia.. tidak mungkin.. tapi hanya Rachel yang memanggilku dengan sebutan coco.

-Sorry. Ini siapa??

-Coco lupa? Temen sewaktu coco masih kelas 4SD.

-Moi?? Apa benar kamu moi??

-iah coco. Aku senang kamu bisa meningat aku. Aku tau nomor kamu dari saudara jauh aku, yang ternyata berteman sama kamu.. apa kabar kamu Coco??

Aku sangat kaget mengetahui bahwa dia adalah moi, Rachel. Aku bingung ingin senang atau sedih. Aku bingung ingin melepas kerinduan atau kemarahan . singkat cerita Rachel menjelaskan bahwa saat itu ia tidak tau kalau akan pindah rumah. Kamipun selama 2 minggu terus berkomunikasi melalui SMS, telepon atau melalui situs jejaring sosial ‘facebook’. Rachel sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan dewasa.

Malam ini, Rachel mengirimkan aku sebuah pesan singkat di facebook.

“Coco. Masih inget malam sebelum natal? Sebelum aku pindah rumah?”

“aku masih inget kok.”

“saat itu kamu tanya kan aku mau atau gak jadi pacar kamu?”

“iah. Kenapa moi?”

“apa kamu mau tau jawabannya? aku mau jawab itu sekarang. Boleh?”

“jawab aja.hehe..” Padahal saat itu aku sedang berpacaran dengan Delia. Namun sejujurnya aku tidak serius ingin mengetahui jawaban Rachel.

“aku mau jadi pacar kamu. Mulai sekarang aku siap jadi pacar coco. Aku seneng aku kembali di pertemuin sama coco.”

“ga bisa moi. Aku uda punya pacar. Namanya Delia.”

“siapa Delia?! Kok kamu gitu?!! Sejak kapan?! Apa nama nick facebooknya?”

Singkat cerita Rachel melihat profil Delia. Dan mengatakan apa bagusnya Delia kalau dibandingkan dirinya. Rachel terlihat sangat marah dan kecewa.

“bkn mslh itu..tp mslhny skrg dia itu cewe aku..aku sayank dia apa adany,,bkn mslh fisik ato sebagainya. ok klo d banding fisik, emg bagusan km..tp aku ga bs tinggalin dia gt aj lah..”

***

ini malam minggu, Satnite, seperti biasa sebagai sepasang kekasih aku dan Delia menghabiskan malam ini bersama.

“boleh pinjem handphone kamu?” tanya Delia, aku tanpa ragu memberikan handphoneku.

Untuk beberapa saat dia terdiam, namun tidak bereaksi apa-apa. Kemudian setelah kami mau pualng dia bertanya “Siapa Rachel? Apa itu Moi?” kata Delia.

Astaga.. dia pasti membaca pesan di facebook ku.

Aku berusaha menjelaskan namun dia tidak menerima penjelasanku dan itu wajar.

1 minggu berlalu , Delia tidak menjawab semua sms-ku, telepon-ku, dan tidak mau aku temui.

Tiba-tiba hp ku berdering. Telepon dari Delia??
“Halo.. Choky. Aku sedih banget. Aku sayang sama kamu. Dan aku benci Rachel! Kamu tau? Seminggu ini aku berantem sama dia.” Kata Delia dengan suara bergetar.

“berantem??” tanya ku

“iyah. Kamu bayangin, dia message fb aku, terus dia bersikeras kalau kamu milik dia, dia terus membanding-bandingkan aku sama dia. Dia tiap hari ngehubungin aku. Aku kesel banget, aku sampai ngomong kasar ke dia . aku kesel banget sama dia. Kenapa kamu harus berurusan sih sama Rachel?? ~~~~~~” dan Delia terus berkata-kata di telepon itu dengan emosi meledak-ledak.

Ternyata selama 1 minggu Delia dan Rachel berantem dan sama-sama tidak menghubungi aku.

Astaga.. Akhirnya setelah 1 jam mendengar ocehan Delia , Delia lelah dan mengatakan ia mau tidur.

Akupun memutuskan sambungan telepon.

Namun baru saja beberapa detik selesai. Tiba-tiba handphoneku kembali berdering dan kali ini dari Rachel.

“ada apa Moi?” tanyaku.

Dan dengan emosi yang meledak-ledak juga ia mengatakan dan menceritaka hal yang 100% sama seperti yang baru saja Delia katakan.

“aku kesel sama Dia. Kamu to the point aja, pilih Delia atau Moi!!?” tanya Rachel.

“aku pilih Delia. Aku minta maaf, aku sayang sama dia, dia pacar aku sekarang, maaf.” Kataku. Rachel menangis dan tidak terima akan jawabanku, namun akhirnya dia menutup sambungan telepon.

3 hari berlalu. Rachel kembali mengubungiku.

“Ini terakhir aku tanya ke kamu coco. Seberapa berharganya aku buat kamu?” tanya Rachel.

Tanpa berpikir aku langsung menjawab. “kamu tetep berharga buat aku, tapi sekarang keadaannya uda ga seperti dulu, aku uda hidup bersama Delia, aku uda memilih Delia, kamu pun harus hidup dengan jalan kamu. Kita ga bisa kaya dulu lagi Moi.” Kataku.

“Coco yakin ga akan menyesal dengan keputusan Coco?” tanya Rachel meyakinkan.

“ya.” Jawabku tegas.

“sekalipun seperti itu. Sekalipun kamu memilih dia. Boleh aku minta permintaan sama kamu?” tanya Rachel kepadaku.

“aku akan melakukan yang aku bisa lakukan.” Jawabku tanpa ragu. Alhasil, Rachel meminta untuk aku datang ke sebuah tempat dalam waktu 30 menit. Ia memberikan alamat tempat itu. Entah apa yang ingin ia katakan dan entah tempat apa yang di maksud Rachel..

Setelah hampir 30 menit aku sampai pada alamat yang Rachel sebutkan. Namun aku sangat teramat bingung. Ini adalah sebuah rumah cafe. Akupun akhirnya memutuskan untuk masuk ke cafe tersebut. Seorang pelayan menghampiri ku dan menundukan badannya.

“selamat malam mas. Benar anda bernama Choky?” tanya pelayan itu. Aku mengganguk ke pelayan itu dengan bingung. Bagaimana bisa ia tau namaku?

Pelayan itu kemudian mengantarkan aku ke sebuah ruangan VIP dengan dekorasi sangat romantis dan indah. Apa Rachel menyiapkan semua ini.

Pandanganku tertuju kepada seseorang yang duduk membelakangiku di depan meja di ruangan itu.

Apa itu Rachel? Aku menghampiri wanita itu, dan betapa mengejutkan ternyata Delia.

Singkat cerita ternyata Rachel mempertemukan kami dan menyiapkan ini semua untuk kami. Delia bahkan tidak tau mengenai rencana Rachel, sama halnya seperti aku Delia datan ke tempat ini atas permintaan Rachel tanpa memberitahu maksud dan tujuan Rachel.

Kamipun makan makanan yang di hidangkan di cafe tersebut.

Di pertengahan makan malam yang romantis itu hp ku kembali bergetar, telepon dari Rachel? Aku kemudian mengangkat telepon itu, belum sempat aku mengatakan hallo, Rachel sudah berbicara di ujung telepon sana.

“Coco seneng kan malem ini? Bisa berbahagia sama Delia? Coco Bingung kenapa Moi ngelakuin ini?? Moi sendiri bingung kenapa.. Moi Cuma mau liat Coco bahagia.. dulu 5 tahun lalu, Moi ninggalin coco. Ga pamit sama coco.. sekarang moi ingin nebus kesalahan moi..” kata Rachel dengan suara sedikit berbeda dari biasanya.

“coco jangan ngomong apa-apa dulu. Moi seneng bisa mengenal coco. Moi sekarang lagi ada di tempat yang pernah menjadi saksi bisu kalau coco pernah menggendong moi, disaat hujan turun dengan deras.. tempat yang sangat berarti buat moi.. hari ini cuaca cerah.. ada bulan dan bintang di langit. Mereka juga saksi bisu bahwa dulu moi pernah menjadi orang yang paling berarti buat coco.” Kata Rachel.

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Delia di hadapanku menatapku bingung seakan ingin bertanya apa yang dikatakan Rachel padaku.

“Coco.. berbahagialah.. kalau aku di kasih hidup kedua, aku ga bakal lagi pernah melepas coco. Choky, i love you.” Kata Rachel. Kemudian tiba-tiba ada sentakan keras dari suara sambunagn telepon, hp Rachel seperti terjatuh.

“moi???” panggilku. “Moi! Jawab aku” panggilku sekali lagi.

Semenjak kecil. Rachel tidak pernah memanggilku dengan sebutan Choky. Mendadak perasaanku menjadi tidak enak. Aku kemudian meninggalkan Delia dari cafe itu kemudian melaju cepat dengan sepeda motorku ke sebuah tempat.

Tempat dimana sewaktu kecil aku menggendong Rachel. Tempat dimana kami pernah bersama-sama.

Dan betapa terkejutnya ketika di sana aku melihat Rachel tergeletak di samping jalan.

Aku langsung menghampirinya.

“Moi!!” panggilku sambil meraih tubuhnya. Rachel membuka matanya dengan perlahan. Aku bingung apa yang terjadi, sampai kebingungan aku terjawab saat melihat aliran darah yang mengalir deras di pergelangan tangan kiri Rachel. di tangan kanannya ada sebuah bunga merah, yang dulu pernah aku berikan kepadanya..

“apa sih yang kamu lakukan!!?” tanyaku kepada Rachel.

“aku ingin mengakhirinya. Aku ga bisa liat kamu menjadi milik orang lain. Aku ga pernah menyesal di pertemukan kembali sama kamu, yang aku sesali kenapa saat 5 tahun lalu aku ga langsung menjawab pertanyaan kamu. Yang aku sesali kenapa aku begitu bodoh melepas kamu. kamu seperi bunga merah ini. kamu indah, aku ingin memiliki kamu, tapi kamu memiliki duri, duri yang ternyata akan membuat luka di tanganku.”kata Rachel dengan suara sangat lemas.

“Moi. Bertahanlah. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit.” Kataku sambil ingin menggendong tubuh Rachel.

“jangan! Aku mohon. Itu sia-sia. Coco... kamu uda berbeda banget sekarang, aku seneng bisa liat kamu yang sekarang., kamu uda bisa mengambil keputusan dengan baik.. jaga Delia. Wanita itu sangat menyayangi kamu.” Kata Rachel .

“Kamu inget? Waktu kecil kamu sering banget di marahin sama mama aku gara-gara aku. Kamu inget waktu kita malem-malem ke loteng, terus aku ketiduran di bahu kamu?? Kamu adalah orang pertama yang bahunya pernah aku gunakan sebagai tempat kepala aku sewaktu aku tidur, dan kamu adalah orang terakhir untuk itu.” Rachel kemudian menarik nafas panjang. Wajahnya sangat pucat dan darah di tangan kirinya tidak berhenti mengalir.

“Choky?” tiba-tiba terdengan suara Delia dari arah belakang, ternyata Delia membututi aku ketika aku meninggalkan cafe tadi.

“kalian serasi..berbahagialah...berjanjilah jangan pernah bersedih coco. Jangan pernah menangis. Sekalipun kami menangis, menangislah dengan air mata bahagia. Aku selalu ada di hati kamu coco. Coco.. i love u coco...........” kata Rachel dengan suara sangat kecil dan lemah. Kemudian Rachel menutup matanya. Nafasnya terhenti. Rachel telah pergi.

Aku memeluk erat tubuh Rachel dan meneteskan air mata.

Delia kemudian mengampiri aku, menghapus air mataku dan memeluk ku yang kala itu sedang memeluk erat Rachel. Aku telah mengambil keputusan untuk memilih Delia.

Dia adalah pilihanku.. dan aku tidak boleh menyesal akan keputusanku, apalagi menyalahkan Delia atas keputusan yang aku ambil.

Itulah seorang pria sesungguhnya.

Selamat tinggal Moi.. semoga kamu selalu berbahagia melihat kebersamaan aku dengan Delia.

Makna Bunga warna merah : Cinta sesungguhnya

by : choconatz

4 komentar:

Anonim mengatakan...

wkkwkwk..welldonee..
nice story..^^
;shy ;shy

Sylvia mengatakan...

waaaaaa.. sumpah!! keren abis..

walau hasil request tapi seakna-akan kejadian ini di alami langsung sama si penulis.

keren ..
saran aku sih sebelum di publish, di baca ulang sekali lagi, supaya kalau ada salah ketik bisa di benerin.

but over all keren.
terus berkarya dan semangat. ^^~

Anonim mengatakan...

waaaa.. uda mulai berkaca2 deh... daebakkkk.... >.<

Choconatz ♡ mengatakan...

:) thanks yha.

Posting Komentar